Awalnya saya pikir, hari itu adalah hari yang biasa dan diisi dengan berbagai kegiatan rutin. Namun saya belum tahu, betapa beruntungnya saya dapat menjemput Shirin dalam keadaan ceria siang itu. Karena di ujung utara Pakistan, di tanah yang sedang sama-sama kami pijak, ratusan orang tua murid lain sedang menangisi kepergian anak-anak mereka.
Some Little Romantic Things
“A Walk in a Clouds” never fails to bring up your romantic feelings. Film yang pertama kali dirilis pada tahun 1995, ketika saya masih duduk di kelas 6 SD. Ternyata film ini masih mampu membangkitkan sisi romantis saya yang sering merasa sebagai fakir roman. Saya menonton “A Walk in a Clouds” pagi ini…
Well, the marriage is almost 5 years old now. Not too much romanticism as it used to be. Walaupun sebenarnya sejak dulu, suami saya memang tidak banyak menyajikan saat-saat penuh roman dalam kisah kami. Tapi menjelang 5 tahun pernikahan kami, saya ingin mengenang..dan melempar kembali ingatan pada tahun-tahun yang telah kami lewati.
Dua Minggu Tanpa Shampoo
Eksperimen untuk hidup tanpa shampoo sudah berjalan selama 2 minggu, yang terasa sangaaat panjang. Mungkin ini percobaan yang terlihat aneh, buat apa sih repot-repot ngga pake shampoo? Kan hidup sudah difasilitasi dengan berbagai kemudahan, termasuk untuk membersihkan rambut. Tinggal beli di supermarket dengan harga yang terjangkau, pakai shampoo, lalu rambut bersih, indah dan wangi. Ya, seandainya memang sesederhana itu, tentu hingga hari ini saya masih tetap memakai shampoo. Tapi masalahnya, memakai shampoo tidak seindah seperti yang ada di iklan.
Kisah Sebongkah Garam dari Himalaya
Alkisah pada abad ke-15, Aleksander yang Agung telah berhasil menguasai Persia. Kemudian ia bermaksud untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain di subkontinen India. Ketika pasukannya melewati daerah Jhelum dan Miawali, kuda-kuda yang dikendarai pasukannya serta merta menjilati bebatuan dan bukit yang mereka lewati.
Orang Pakistan yang “Hangat”
Tak terasa sudah satu bulan saya menetap di Karachi, Pakistan. Sedikit banyak saya mulai mempelajari budaya masyarakat setempat yang sangat menarik. Ada yang mengatakan, iklim setempat sangat memengaruhi watak masyarakat. Misalkan masyarakat Eropa yang cenderung dingin, seirama dengan iklimnya yang juga dingin. Masyarakat Indonesia yang hangat dan kekeluargaan, tidak terlepas dari iklim Indonesia yang hangat sepanjang tahun. Dan iklim Pakistan yang sangat panas di musim panas, sepertinya juga ikut membuat masyarakatnya menjadi hangat…hmmm dan terkadang terlalu hangat.
Pohon Ketapang Dubes Lutfi Rauf
“Dulu disitu ada pohon Ketapang tapi udah mati, 80 tahun (usia) pohon itu” ujar Duta Besar RI untuk Kerajaan Thailand, M. Lutfi Rauf, sambil menunjuk ke arah sebuah lokasi pohon yang terletak di halaman belakang yang luas dari Wisma Indonesia yang berlokasi di pusat kota Bangkok. “Tapi sekarang pohon mati bisa hidup lagi Pak Konjen,” selorohnya sambil tersenyum kecil kepada Konjen RI di Karachi dan saya.
Perkenalan dengan Karachi
Bom, pembunuhan berencana, penculikan, penembakan dan hal-hal jelek berkecamuk di kepala saya saat saya menerima keputusan penugasan yang di Kementerian Luar Negeri, yang kami kenal dengan ‘slip merah’. Sama sekali sulit untuk memikirkan hal-hal baik tentang Karachi. Kota yang saat itu akan saya tuju untuk menjalani penugasan pertama sebagai diplomat.
Pertemuan Kedua Dengan Harry Poeze
Hari ini, saya kembali bertemu dengan Harry Poeze. Poeze adalah peneliti kebangsaan Belanda yang sudah 30 tahun meneliti tentang Tan Malaka. Pertemuan dengannya kali ini adalah yang kedua.
Belajar Sepanjang Hayat
Kelak ketika kamu dewasa nanti, Bunda akan mengingatkan, betapa ketika kecil dulu… kamu adalah pelajar yang tangguh. Kamu dulu terbata-bata mengucapkan berbagai kata. Namun kini jutaan kata meluncur dari mulut mungilmu setiap hari.
Pakistan, wait for us very soon
Perjalanan yang malas-malas sedap, sebentar lagi harus dimulai. Malas-malas sedap? Yah…Barangkali bagi kita, perjalanan menyenangkan adalah ke Eropa, Amerika atau Australia. Pasti tidak ada yang pernah bermimpi untuk menginjakkan kaki di Karachi, Pakistan. Apalagi untuk menetap selama tiga tahun. Tapi jika tugas sudah memanggil, tiada kata tidak yang akan terucap.