Mulan dan Sulitnya Menjadi Diri Sendiri

Fa Mulan adalah anak perempuan dari seorang veteran perang tua. Berbeda dengan gadis kebanyakan, dia tidak suka bersolek. Dia lebih suka berkuda dan melatih dirinya dengan berbagai ketangkasan. Sedangkan tradisi di China pada saat itu mengharuskan perempuan untuk bersolek agar mendapatkan suami. Kemudian setelah menemukan jodoh, perempuan akan menikah, menjadi ibu dan istri yang baik.

Suatu hari, kerajaan memiliki aturan wajib militer. Setiap keluarga harus menyerahkan seorang anak laki-laki untuk ikut wajib militer dan berperang membela negara. Di keluarga Mulan tidak ada anak laki-laki, maka ayahnya yang renta akan menyerahkan diri untuk ikut wajib militer. Mulan tidak bisa berdiam diri melihat ayahnya maju ke medan perang. Maka dia menyamar sebagai laki-laki untuk menggantikan ayahnya berperang.

Film Mulan pertama kali diproduksi Disney pada tahun 1998. Saya suka pada hampir semua film dan karakter Disney, tapi Mulan adalah favorit saya. Dia adalah gambaran perempuan kuat dan tegar, yang berani menunjukkan diri sebenarnya. Mendobrak tradisi yang mengharuskan perempuan terjebak hanya pada isu-isu domestik rumah tangga.

Tidak seperti kebanyakan karakter Disney yang berdarah ningrat dan berasal dari keluarga kerajaan, Mulan berasal dari keluarga rakyat. Dia tidak punya daya upaya untuk melawan, ketika kerajaan mewajibkan setiap keluarga untuk menyerahkan satu laki-laki maju ke medan perang. Mulan menerima tantangan ini, meskipun dia bukan laki-laki. Tapi di akhir cerita, dia membuktikan kalau perempuan juga bisa menjadi ksatria yang tangguh.

Dulu, saya pikir film Mulan hanya bercerita tentang gadis tomboy yang berani berperang. Tapi kini, saya memaknainya lebih dari itu. Mulan mewakili perempuan yang berani mengejar mimpinya dan tidak mau terbelenggu pada stereotype yang berlaku di masyarakat.

Pada Maret 2020 mendatang, Disney kembali memproduksi live action Mulan. Soundtrack live action ini masih menggunakan lagu yang sama seperti tahun 1998, “Reflection”. Tahun 1998, lagu ini disuarakan dalam film dengan sangat apik oleh Lea Salonga, penyanyi asal Filipina. Sedangkan versi populernya dinyanyikan oleh Christina Aguilera. Sedangkan di versi 2020 nanti, soundtrack-nya dinyanyikan dengan sangat megah oleh Jessie J.

Menurut saya, “Reflection” adalah soundtrack terbaik yang pernah diproduksi Disney. Bukan hanya karena lagunya enak didengar, tapi juga karena maknanya yang dalam. Lagu ini bercerita tentang keberanian untuk menyampaikan apa yang kita rasakan dan pikirkan. Lagu ini mempertanyakan, mengapa kita harus terus menerus memakai topeng dan menyembunyikan diri kita sebenarnya? Mengapa kita tidak berani jujur?  Lagu ini mempersoalkan tradisi, yang mengharuskan kita hidup dalam berbagai peran yang sebenarnya bukan diri kita sendiri. Is it sounds familiar?

Dalam pekerjaan, kehidupan bertetangga, peran sebagai istri, ibu, suami, terkadang mengharuskan kita berlaku sesuai norma yang berlaku, tapi sebenarnya peran itu bertentangan dengan nilai pribadi yang ada dalam diri kita. Kita seringkali takut untuk bersuara dan mengemukakan pendapat, jika pendapat kita berbeda dengan orang lain.

Dalam budaya Indonesia dimana tata krama menjadi yang utama, berbeda pendapat dengan orang kebanyakan bisa dianggap sebagai “orang yang sulit”, “baperan”, “aneh”, “temperamental”, dan bebagai stereotype negatif lainnya.

Kita hidup pada masa di mana citra adalah segalanya. Di media sosial, kita bisa menciptakan image apa saja sesuai dengan apa yang kita mau. Di masyarakat, kita dinilai dari penampilan, baju yang kita kenakan, tas apa yang kita bawa dan mobil apa yang kita kemudikan. Kita dinilai dari semanis apa mulut kita bisa berkata, bukan pada esensi yang kita sampaikan.

Lagu ini mengingatkan, kita bisa saja berpura-pura agar diterima dalam lingkungan dan menjadi bagian dari masyarakat. Tapi pada akhirnya, kita tidak akan bisa berbohong pada diri sendiri. Apa artinya semua penilaian dari orang lain, jika itu berarti kita harus berpura-pura dan tidak menjadi diri sendiri?

Pesan ini disampaikan dengan sangat baik oleh Jessie J dalam lagu “Reflection”:

“There’s a heart that must be free to fly.
That burns with a need to know the reasons why?”

“Why must we all conceal?
What we think, how we feel.
Must there be a secret me, I’m forced to hide.
I won’t pretend that I’m someone else for all of time.
When will my reflection show, who I am inside.”

Saya bukan endorser Disney, tapi saya tidak sabar untuk menonton live action Mulan pada Maret 2020 mendatang. Tentu saja saya akan mengajak anak-anak perempuan saya untuk menonton film ini. Saya akan katakan pada mereka: “Jadilah perempuan kuat dan berani seperti Mulan. Mungkin suatu saat nanti kalian akan merasa sendiri, merasa tidak menjadi bagian dari lingkungan mana pun di dunia ini. Ini adalah konsekuensi menjadi diri sendiri, di dunia yang penuh dengan pencitraan. Tapi berdirilah dengan tegar pada nilai-nilaimu. Dan saya akan berdiri di belakang kalian, untuk mendukung kalian bertumbuh menjadi diri sendiri.”

Reflection by Jessie J

Tussie Ayu

A freelance writer, a news correspondent, a Master of Communication student in Victoria University of Wellington.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *