“A Walk in a Clouds” never fails to bring up your romantic feelings. Film yang pertama kali dirilis pada tahun 1995, ketika saya masih duduk di kelas 6 SD. Ternyata film ini masih mampu membangkitkan sisi romantis saya yang sering merasa sebagai fakir roman. Saya menonton “A Walk in a Clouds” pagi ini…

Well, the marriage is almost 5 years old now. Not too much romanticism as it used to be. Walaupun sebenarnya sejak dulu, suami saya memang tidak banyak menyajikan saat-saat penuh roman dalam kisah kami. Tapi menjelang 5 tahun pernikahan kami, saya ingin mengenang..dan melempar kembali ingatan pada tahun-tahun yang telah kami lewati.

***

Enam tahun lalu, sekitar bulan November 2008. Saya dan Reza sudah menjalin hubungan selama 2 tahun. Kami belum menikah dan belum ada komitmen yang benar-benar serius saat itu. Namun sudah banyak yang terjadi dalam dua tahun hubungan kami. Saya bekerja di tvOne dan Reza bekerja di Kementerian Luar Negeri. Ia baru saja menyelesaikan masa pendidikan diplomat karir selama satu tahun, kemudian ditugaskan selama 3 bulan untuk magang di KJRI Vancouver, Kanada.

Dia berulang tahun pada 6 Desember. Saya berpikir…apa yang akan saya berikan padanya untuk ulang tahun kali ini? Jakarta-Vancouver berjarak ribuan kilometer, kado apa yang mampu melewati lautan dan samudera seluas itu? Saya bisa saja membelikan sesuatu yang istimewa, kemudian mengirimkannya ke Vancouver. Tapi saya khawatir ongkos kirimnya akan melebihi harga dari kado itu sendiri. Belum lagi jika ada keterlambatan dalam pengiriman, dia tidak akan menerima kado itu tepat waktu.

Saya memutuskan memberikan sesuatu yang tidak membutuhkan ongkos kirim, tapi tetap menjadi sesuatu yang istimewa. Maka saya membuatkan sebuah blog berbayar untuk kami berdua. Saya tahu, dia tidak terlalu suka menulis seperti saya suka menulis. Tapi saya tahu, dia selalu menikmati setiap kata dari tulisan saya.

Setiap orang selalu memiliki satu daya tarik untuk membuatnya dicintai. Ada perempuan yang sangat cantik, yang membuat pria jatuh cinta karena kecantikannya. Ada perempuan yang sangat lucu dan menyenangkan, yang membuat pria jatuh cinta, karena pria merasa nyaman berada di dekatnya. Tapi saya bukan satu dari perempuan-perempuan itu. Saya adalah perempuan biasa-biasa saja…yang membuat pria jatuh cinta, hanya dengan membaca tulisan saya.

Tapi saya juga bukan sastrawan, yang menulis kisah cinta dahsyat seperti “Love in the Time of Cholera”. Maka saya memutuskan untuk membuat blog yang berisi perjalanan kami. Blog ini akan menjadi kenangan dan catatan, yang tak akan lekang dimakan waktu. Maka saya mulai menulis tentang perjalanan kami.

Tepat pada tanggal 6 Desember 2008, saya mengirimkan e-mail kepadanya, untuk membuka domain www.tussie-reza.com. Dia bilang, “Apa ini?”. Saya bilang, “Just read it.”

Saat itu dia sedang di kantor, dan dia hampir menangis ketika membaca setiap tulisan dalam blog ini. Cerita tentang bagaimana pertemuan kami pertama kali…dan berbagai hal-hal lucu yang tidak penting bagi orang lain, tapi tentu saja sangat berarti bagi kami.

Well, I think this is one of the best gift I’ve ever gave to him.

Sedangkan kado paling romantis yang pernah dia berikan pada saya, adalah pada tiga tahun lalu. Saat itu kami baru menikah selama dua tahun, dan baru saja memiliki anak berusia satu tahun. Saya berusaha sangat keras untuk membesarkan anak kami sebaik-baiknya. Berusaha keras menyusui sambil bekerja. Semua tentang menjadi orang tua baru, yang melelahkan dan ternyata jauh lebih sulit dari yang saya bayangkan.

Kemudian Reza mendapatkan beasiswa ke University of Bradford, Inggris. Dia berangkat lebih dulu, sedangkan saya harus mengurus berbagai hal di Jakarta, sebelum menyusulnya ke Bradford. Saat itu 13 Desember 2011, hari ulang tahun pernikahan kami yang kedua. Tapi saya tidak mengharapkan apapun, karena saya sudah tidak punya energi untuk berharap. Reza bukan orang yang romantis, tak pernah memberi kado istimewa pada ulang tahun saya, apalagi pada hari ulang tahun pernikahan kami. Pikiran dan energi saya pun saat itu tercurah pada Shirin yang baru berusia satu tahun.

Tapi hari itu, ada seorang kurir datang ke rumah. Saya sendiri yang menerima kurir itu, dia memberikan secarik kertas dan amplop, yang sepintas lalu terlihat seperti undangan. Saya membacanya sekilas; dari sebuah tempat spa terkenal di dekat rumah saya, tanpa nama pengirim. Saya pikir, “Oh, ini mungkin semacam random voucher untuk menikmati sekadar cuci rambut di tempat spa mahal itu, kemudian kita akan ditodong untuk membeli paket perawatan yang jauh lebih mahal.”

Saya segera melupakan “random voucher” itu.

Kemudian pada sore harinya…sahabat saya, Galuh Pangestu Indraswari mengirimkan BBM pada saya. Saat itu Galuh juga sedang berada di Bradford, ia kuliah di tempat yang sama dengan Reza.

“Tus, happy wedding anniversary ya!”
“Oiya, thanx Gal.”
“RJ ngasih apa buat wedding anniversary?”
“RJ gitu lho…gw ulang tahun aja ngga ngasih apa-apa, apalagi wedding anniversary doang.”
“ Ngga! Dia pasti ngasih sesuatu buat lo,”
“Ngga tuh..ngga ada apa-apa..”
“Lo yakin? Hari ini ada yang nganter sesuatu ngga ke rumah lo?”
“Ngga ada… eh…tunggu, apa jangan-jangan free voucher spa itu?”
“Tuss, itu bukan free voucher! RJ beli voucher spa itu buat lo…itu harganya mahal banget. Dia nunggu-nunggu reaksi lo dari tadi. Gmn lo waktu nerima voucher itu?”

Oh…my…
I felt so stupid and guilty.
Ini satu-satunya hal paling romantis yang pernah dia lakukan. I always begged him do some little romantic things…and when he did it, I even didn’t realize that!

Lalu saya mengambil voucher itu, kali ini saya membacanya dengan teliti. Itu adalah paket spa lengkap selama satu hari dari ujung rambut hingga ujung kaki, di tempat spa paling happening di Bintaro. Sejak lama saya ingin mencoba spa disitu, tapi tentu saja mengeluarkan uang sebanyak itu untuk spa bukan pilihan mudah yang bisa dilakukan.

Saya lalu mengirimkan pesan BBM pada Reza, told him that I was sooo exited to try a one day full treatment at the spa.

Dan pada suatu hari yang saya pilih, untuk pertama kalinya sejak saja melahirkan. Saya melakukan full treatment di spa terbaik di Bintaro. And it was the best treatment I’ve ever did!

***

Hari ini, menjelang 5 tahun ulang tahun pernikahan kami. Saya masih menyebut diri saya fakir roman. And we had a conversation last night. He told me what he wished I will do in this marriage, and I still ask him for some little romantic things.

Kemudian pagi ini, ia menyiapkan semangkuk bubur ayam panas di atas meja. Tidak ketinggalan, secangkir chai, teh susu panas khas Pakistan yang memang kesukaan saya.

Dia mengatakan,
“Ini aku siapin buat kamu. Apa ini cukup romantis?”
I was smile…and I said…”Yes!”

Tussie Ayu

A freelance writer, a news correspondent, a Master of Communication student in Victoria University of Wellington.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *