Eksperimen untuk hidup tanpa shampoo sudah berjalan selama 2 minggu, yang terasa sangaaat panjang. Mungkin ini percobaan yang terlihat aneh, buat apa sih repot-repot ngga pake shampoo? Kan hidup sudah difasilitasi dengan berbagai kemudahan, termasuk untuk membersihkan rambut. Tinggal beli di supermarket dengan harga yang terjangkau, pakai shampoo, lalu rambut bersih, indah dan wangi.

Ya, seandainya memang sesederhana itu, tentu hingga hari ini saya masih tetap memakai shampoo. Tapi masalahnya, memakai shampoo tidak seindah seperti yang ada di iklan. Sepanjang ingatan saya, sejak SMP rambut saya sudah rontok. Saya bosan setiap kali ke salon, mbak-mbak yang mencuci rambut saya selalu komentar, “Wah..rambutnya rontok banget.” Saya bosan setiap kali keramas melihat puluhan rambut gugur dengan sia-sia. Saya bosan gonta-ganti shampoo dan tidak ada satu pun yang berhasil mengurangi kerontokan rambut saya.

Hingga pada dua minggu lalu, saya dan Reza sedang berjalan-jalan di salah satu mall di kota Karachi. Lalu saya melihat sebuah toko yang sangat mencuri perhatian. Etalase toko itu penuh dengan botol-botol besar yang berisikan berbagai macam minyak alami. Di sebelah botol-botol besar itu, ada tulisan nama dan khasiat minyak-minyak tersebut. Ada sesame seed oil, almond oil, coconut oil, olive oil, wheat germ oil, neem oil, egg oil dan masih banyak minyak-minyak lain yang belum pernah saya dengar sebelumnya. Saat itu, yang menarik perhatian saya adalah snake oil, yang disebutkan dapat menumbuhkan rambut (terutama untuk pria yang mengalami kebotakan dini), mencegah tumbuhnya uban dan menyembuhkan berbagai penyakit kulit seperti gatal-gatal, psoriasis dan eksim. Saya langsung ingat dengan suami saya Reza, yang dalam 6 bulan terakhir ini mengalami kerontokan parah hingga kepala bagian tengahnya nyaris botak. Selain itu, sejak lama ia mengalami berbagai masalah kulit dan kulit kepala, seperti gatal-gatal dan ketombe.

Lalu kami masuk ke dalam toko itu. Ternyata di toko ini, kita bisa berkonsultasi dengan dokter, untuk menentukan perawatan yang paling cocok dengan kondisi kita. Singkat cerita, kami berkonsultasi dengan dokter yang bernama dr. Kiyani. Reza diberikan resep herbal untuk menyembuhkan rambut rontok dan masalah kulitnya. Ada satu pesan yang diberikan oleh dr. Kiyani, “In herbal medicine, there is no side effect. But you have to be patient.” Menurut dr. Kiyani, pengobatan dengan cara herbal ini membutuhkan waktu, kita harus sabar dan telaten. Untuk penyakit kulit Reza, dr. Kiyani memperkirakan akan sembuh dalam waktu 6 bulan. Kemudian dr. Kiyani juga mengatakan pada Reza untuk tidak menggunakan shampoo.

Saya yang kepo, akhirnya ketika sampai di rumah sibuk browsing, mengapa dr. Kiyani tidak menyarankan Reza untuk memakai shampoo? Ternyata dari banyak sumber di internet, saya menemukan gerakan “No Poo”, yang merupakan singkatan dari “No Shampoo”. Sudah banyak orang di dunia yang menghapus shampoo dari belanja sehari-hari, dan mereka berhasil mengeliminasi penggunaan shampoo dari kehidupan.

Ada banyak alasan untuk tidak lagi menggunakan shampoo, di antaranya adalah:

1. Shampoo menggunakan bahan kimia yang berbahaya.

Beberapa bahan kimia yang lazim terdapat dalam shampoo adalah sodium lauryl sulfate dan sodium laureth sulfate. Kedua bahan kimia ini sering membuat kulit kepala iritasi dan kering. Environment Working Group yang berbasis di Washington DC meneliti 42.000 produk perawatan tubuh, dan menemukan setiap shampoo sedikitnya mengandung 1 bahan kimia yang mengkhawatirkan.

Shampoo juga selalu menggunakan bahan pengawet seperti paraben, yang terkait dengan gangguan endokrin. Selain itu, sebagian shampoo juga mengandung triclosan yang menjadi sebab resistensi pada antibiotik. Penggunaannya memang masih dalam ambang batas aman, tapi yakinkah tetap aman jika kita menggunakannya setiap hari sepanjang hidup kita?

2. Menjaga lingkungan

Shampoo dan berbagai produk kecantikan adalah salah satu sumber polusi. Kemasannya sebagian besar terbuat dari plastic yang sulit diurai. Selain kemasannya, produk shampoo mengandung polutan kimia yang tidak selalu bisa diproses melalui “waste treatment”, terutama di negara-negara berkembang. Salah satu studi menunjukkan bahan pembunuh jamur dalam shampoo anti ketombe menimbulkan efek negatif pada tanaman.

3. Rambut lebih sehat dan bahagia tanpa shampoo

Apakah dengan shampoo, rambut akan menjadi lebih sehat? Hmmmm…we’ll see. Tahukah, jika shampoo baru ditemukan manusia pada tahun 1914, sedangkan shampoo cair pertama kali ditemukan oleh Hans Schwarzkopf di Berlin pada tahun 1927. Jadi sebenarnya peradaban manusia selama ribuan tahun bisa survive tanpa shampoo. Lalu heran ngga sih, kenapa manusia-manusia pada abad ke-21 ini tidak bisa hidup tanpa shampoo?

Fakta lain adalah, shampoo bertujuan untuk membersihkan minyak dan kotoran yang ada di rambut dan kulit kepala. Pada kenyatannya, kulit kepala kita secara alami memang memproduksi minyak untuk membersihkan rambut, minyak ini disebut sebum. Celakanya, shampoo membersihkan minyak ini. Semakin sering kulit kepala dibersihkan dengan shampoo, kulit kepala akan memberikan sinyal pada tubuh untuk memproduksi semakin banyak sebum. Menggunakan shampoo seperti lingkaran setan; semakin sering dibersihkan, maka sebum yang diproduksi akan semakin banyak. Ibu-ibu menyusui pasti paham benar dengan prinsip supply and demand dalam produksi ASI. Produksi sebum ini mirip dengan produksi ASI. Semakin banyak sebum atau ASI yang keluar dari tubuh, maka tubuh akan memproduksi semakin banyak sebum dan ASI, karena dianggap tubuh kita membutuhkan lebih banyak cairan tersebut.

Disinilah kemudian timbul masalah-masalah rambut. Dalam kasus Reza, kulit kepalanya memproduksi terlalu banyak sebum, sehingga sebum memenuhi dan menyumbat pori-pori kepalanya sehingga menyebabkan rontok serta ketombe. Hal yang sama juga terjadi pada saya. Saya ingat, waktu saya TK atau SD dulu, saya cukup mencuci kepala dengan shampoo satu kali dalam seminggu. Kemudian bertambah menjadi dua kali seminggu. Ketika SMP dan SMA, saya mencuci rambut dua hari sekali. Namun sejak kuliah, saya mencuci rambut rampir setiap hari, karena jika satu hari saja saya absen mencuci rambut, maka kulit kepala saya sudah menyerupai tambang minyak yang memproduksi banyak sekali sebum.

Jadi sebenarnya apakah shampoo membuat rambut sehat? Atau justru shampoo yang menjadi sumber permasalahan rambut? Saya melakukan wawancara kecil-kecilan dengan beberapa teman, dan ternyata hampir semua orang mengaku punya masalah rambut. Berbagai masalah yang paling sering dijumpai adalah rambut rontok, berketombe dan berminyak. Saya mengalami masalah-masalah ini, dan puluhan jenis shampoo sudah dicoba, berbagai jenis perawatan sudah dijalani. Tapi tidak ada hasil yang signifikan.

Karena alasan-alasan ini, saya pikir menyingkirkan shampoo dari hidup saya layak dicoba. Saya belum tau bagaimana hasilnya nanti. Tapi saya akan penasaran sekali kalau tidak mencoba cara ini. Sampai disini, cerita saya sudah sangat panjang. Karena sudah kepanjangan, lain kali saya lanjutkan lagi ya hehe..termasuk bagaimana rasanya dua minggu tanpa shampoo itu.

Tussie Ayu

A freelance writer, a news correspondent, a Master of Communication student in Victoria University of Wellington.

Recommended Articles

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *