Kelak ketika kamu dewasa nanti, Bunda akan mengingatkan, betapa ketika kecil dulu… kamu adalah pelajar yang tangguh.
Kamu dulu terbata-bata mengucapkan berbagai kata. Namun kini jutaan kata meluncur dari mulut mungilmu setiap hari.
Ketika memasuki usia sekolah, gurumu mengatakan motorik halusmu belum terlalu terlatih. Maka Bunda diberi tugas untuk melatih motorik halusmu. Bunda membelikanmu buku latihan motorik halus yang dibeli di toko buku dekat kantor Bunda.
Bunda membawanya pulang dan kamu belajar dengan penuh sukacita. Kamu sangat senang dengan buku dan dongeng. Kamu selalu minta dibacakan dongeng, hingga bunda kehabisan kata-kata.
Kamu suka menulis. Ketika Bunda sedang sibuk, kamu selalu mengingatkan Bunda, bahwa kamu butuh belajar.
Kamu selalu ingin belajar bersama dengan Bunda.
Akhir-akhir ini, setiap hari kamu selalu mengambil buku tulismu, dan meminta Bunda mengajarimu bagaimana menulis angka 5. Angka 5 tidak seperti angka 1,2,3,4 atau 6 dan 7. Angka 5 memiliki begitu banyak sudut dan kelokan, yang tidak mudah dibentuk oleh jemari mungilmu. Tapi kamu tidak menyerah, setiap hari kamu selalu meminta Bunda untuk mengajarimu…bagaimana menulis angka 5.
Hingga hari ini, kamu berhasil menulis angka 5. Memang bukan bentuk yang terlalu mulus, namun kita begitu bahagia ketika akhirnya kamu bisa memberikan topi, yang menjadi tanda sempurnanya angka 5. Kita bersorak, merayakan keberhasilanmu menulis angka 5.
Bunda lebih bersorak lagi dalam hati, bukan karena keberhasilan Bunda mengajarimu menuliskan angka-angka. Tetapi karena kamulah yang terlalu banyak mengajari Bunda. Kamu mengajarkan pada Bunda tentang kegigihan dan ketangguhan, juga kesabaran.
Lupakah para ibu? Betapa banyak anak mengajarkan kesabaran pada kita. Ketika mengandungnya selama lebih dari 9 bulan, kita diajarkan untuk bersabar menunggunya hadir ke dunia. Hitung menghitung usia kandungan hanyalah ciptaan manusia semata. Namun Tuhan-lah yang maha berkehendak, kapan si jabang bayi akan melihat dunia.
Ketika tanda-tanda kelahirannya sudah muncul, kita diajarkan untuk bersabar menghadapi kontraksi demi kontraksi yang bagaikan tiada akhir. Namun akhirnya kesabaran itu berbuah, bayi kecil mungil yang telah ditunggu-tunggu dapat kita peluk dan kita ciumi.
Sesungguhnya proses kehamilan dan kelahiran barulah awal dari pelajaran sabar yang sesungguhnya. Karena setelah itu, masih banyak modul-modul kesabaran yang menunggu untuk diselami. Modul pertama yang dihadapi adalah proses menyusui. Modul selanjutnya yang tidak pernah habis dipelajari adalah proses mendidik anak sepanjang hayat.
Selamat hari ibu, para ibu-ibu hebat!
Juga terima kasih pada anak-anak hebat yang telah mengajarkan kesabaran dan ketangguhan untuk belajar sepanjang hayat.
Bintaro, 22 Desember 2013