Perjalanan yang malas-malas sedap, sebentar lagi harus dimulai. Malas-malas sedap? Yah…Barangkali bagi kita, perjalanan menyenangkan adalah ke Eropa, Amerika atau Australia. Pasti tidak ada yang pernah bermimpi untuk menginjakkan kaki di Karachi, Pakistan. Apalagi untuk menetap selama tiga tahun. Tapi jika tugas sudah memanggil, tiada kata tidak yang akan terucap.

Kenapa harus bertugas ke Pakistan? Well it’s a long story. Saya akan cerita kapan-kapan. Atau bisa dibaca di tulisan saya sebelumnya ini.

Sebenarnya tidak hanya kabar buruk yang berhembus dari tanah yang murni. Tanah yang murni…itulah arti dari nama Pakistan dalam Bahasa urdu dan bahasa Persia. Tapi setiap mendengar kabar baik, pikiran saya langsung membantah “Masa sih?”.

Kata suami saya…satu-satunya cara untuk membuktikannya adalah dengan datang kesana.

Bagaimana mau percaya, kalau setiap hari berita yang saya dengar tentang Pakistan adalah tentang bom, terorisme, pembunuhan berencana, penembakan dan berita-berita kriminal lainnya. Walaupun ada satu hal yang membuat saya sangat penasaran, yaitu peradaban kuno Mohenjo-daro. Ketika SD atau SMP, saya suka sekali pelajaran sejarah. Saya ingat di salah satu bab-nya, ada cerita tentang peradaban kuno Machu Pichu dan Inka di Peru juga peradaban Mohenjo-daro di Pakistan. Dan kini, saya berkesempatan untuk datang ke Mohenjo-daro! Yeay!

Selain itu, saya lihat di peta, Karachi tidak terlalu jauh dari Maladewa atau yang dikenal juga dengan Maldives. Sebuah negara yang kesohor dengan pantai-nya yang indah. Mungkin jika liburan, kami bisa berjalan-jalan ke Maladewa, tempat para selebriti menghabiskan masa bulan madu.

Atau..atau..jika ada uang lebih, kami bisa berjalan-jalan ke negara tetangga lainnya. Ke Teheran, Iran, dimana nama “Shirin” (anak saya) berasal. Atau ke Nepal, sekadar berjalan di kaki pegunungan Himalaya. Atau ke India dan menyaksikan mahakarya Raja Shah Jehan, Taj Mahal.

Hidup adalah pilihan. Daripada menuliskan kemungkinan-kemungkinan yang buruk, saya lebih memilih menulis kemungkinan yang menyenangkan.

So Pakistan, wait for us very soon.

Tussie Ayu

A freelance writer, a news correspondent, a Master of Communication student in Victoria University of Wellington.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *