Nasihat di Pernikahan Tussie dan Reza

akad kecilHari ini saya dan Reza sudah menikah selama 20 hari. Hari ini juga, saya tiba-tiba ingin menuliskan nasihat-nasihat pernikahan yang kami terima ketika proses penikahan. Saya ingin membaginya pada siapa saja yang ingin membaca. Saya ingin menulisnya agar saya selalu ingat. Mudah-mudahan ketika nanti rumah tangga kami mengalami masalah, kami bisa terus mengingat nasihat-nasihat ini dan Insya Allah pernikahan kami tetap kuat.

Setidaknya, ada dua ustadz yang memberikan nasihat pernikahan pada saya. Ustadz pertama adalah Ustadz Anwar Sanusi. Ustadz Anwar memberi nasihat dalam acara pengajian di rumah saya. Dia meminta saya untuk selalu berkata manis pada suami, kelak nanti ketika kami sudah menikah.

“Jangan memanggil suami kamu dengan namanya. Panggillah dia dengan panggilan sayang. Seperti Nabi Muhammad memberi julukan yang indah pada Siti Aisyah, yaitu Humaira. Humaira berarti wanita yang pipinya kemerah-merahan. Sekecil apapun, jangan berkata kasar pada suami, berlemah lembutlah kepadanya,” katanya ketika itu.

Meskipun ini nasihat kecil, tapi saya tahu penerapannya tidaklah semudah yang dibayangkan.

Nasihat lain yang masih membekas hingga saat ini adalah nasihat dari Ustadz Syaiful Naumin. Ustadz Syaiful Naumin memberi nasihat kepada saya dan Reza, hanya beberapa menit setelah kami dinyatakan sah sebagai suami dan istri.

Dia berkhutbah cukup panjang, tapi ada satu cerita yang membuat saya hampir saja menitikkan air mata. Ketika dia berkisah tentang pernikahan-pernikahan Nabi Muhammad, setelah malaikat Izrail menjemput salah satu dari mereka lebih dulu. Saya dan Reza tidak bisa mengingat persis kata per kata dari khutbah itu. Tapi, kira-kira seperti ini intinya.

Setelah kematian Nabi Muhammad, konon salah seorang sahabat Nabi bertanya pada Aisyah,

“Apa yang bisa kamu kenang dari Rasulullah?”

Aisyah terdiam sesaat, kemudian dia menjawab,
“Rasulullah tidak pernah memanggil saya dengan nama saya. Rasulullah selalu memanggil saya dengan sebutan sayang. Selama menikah, Rasulullah tidak pernah berkata dan berperilaku kasar pada saya,”

Kemudian Ustadz Syaiful Naumin berkata pada Reza,
“Ananda Reza, jika suatu saat nanti Allah berkehendak engkau dipanggil lebih dulu daripada ananda Tussie, saya ingin agar nanti Tussie bisa berkata tentang dirimu, seperti yang Aisyah katakan tentang Rasulullah.”

Kemudian Ustadz Syaiful Naumin melanjutkan cerita tentang Nabi Muhammad setelah Khadijah meninggal dunia. Konon hingga beberapa tahun setelah kematian Khadijah, Nabi Muhammad masih sering terkenang akan istri pertamanya itu. Nabi seringkali menyebut nama Khadijah.

Siti Aisyah yang saat itu sudah menikah dengan Rasulullah pun terbit rasa cemburunya. Dia berkata pada Nabi,

“Ya Rasulullah, bukankah Khadijah hanya seorang wanita tua? Mengapa engkau selalu mengingatnya?”

Mendengar ucapan Aisyah, wajah Nabi Muhammad merah padam. Dengan menahan amarah, dia berkata pada Aisyah.

“Tidak. Dia bukan sekedar wanita tua. Khadijah selalu ada di samping saya. Ketika orang lain tidak percaya pada apa yang saya katakan, hanya Khadijah yang mempercayai saya. Ketika semua orang mencemooh saya, hanya Khadijah yang mendukung saya dengan seluruh harta, jiwa dan raganya.”

Lalu Ustadz Syaiful Naumin berkata pada saya,

“Ananda Tussie, jika suatu saat nanti Allah berkehendak engkau dipanggil lebih dulu daripada Ananda Reza, saya ingin ananda Reza mengatakan hal yang sama tentang dirimu, seperti yang dikatakan Rasulullah tentang Khadijah.”

***

Tussie Ayu

A freelance writer, a news correspondent, a Master of Communication student in Victoria University of Wellington.

Recommended Articles

5 Comments

  1. thanks sist, tulisannya mencerahkan… sama mencerahkannya seperti saat datang ke kawinan lo…
    liat lo n spouse tampak so happy n manglingin… n cerah jg krn bisa godain langsung Rendhi yg terlihat merapat mesra ke N***K wktu itu (wkwkwkwkwk… msh aja dselipin ginian pdhl lg ngomentarin hal laen ,)

    well,
    masa tempur qta hidup berumah tangga sama2 belum masuk 3 bulan yah… masih anget, seru, kriuk2 ,)
    secara gw long distance marriage 6 bulan dan baru kumpul selama 16 hari belakangan ma Candra.
    hehe, tausiyah para ustadz di atas emang mengharu biru yax n bikin para istri yg baik n benar kaya kita (klaim gw, red hehe) pgn selalu melakukan hal yg indah2 n patut dkenang suami.

    but,
    we do our best… pastinya, walo ga jarang juga kalimat “agak keras” meluncur juga dari bibir mungil ini krna hal2 sepele… hehe rebutan channel tv lah sampe minta tolong cuci piring yg telat dilakuin (hehehe, kalo lo gara2 apan Ntuz? ,)

    chapter 1 baru dilakonin,
    gw bdoa qta bisa jd perempuan yg selalu bersikap cerdas n mampu membahagiakan semua orang. jadi nggak ada cerita yg namanya hidup bareng ma suami baru jalan 4 bulan udah pisah ranjang… seperti kisah temen deket gw… its shocking me.
    krna mereka hidup bareng tapi nggak mau melihat n belajar dgn hati apa yg dbutuhin pasangannya masing2 juga kelebihan n kekurangannya.
    (sedih akuw…hiks)

    kalo kata Confucius,
    “Learning and not thinking is confusing, thinking and not learning is dangerous.”

    Cheers @:)

  2. wowowo..ini ada nasihat pernikahan lagi dari Sari hehe…gimana di malang? enak kan??? gw kangen malang..kangen bakso kedawung. udah nyobain belom? kangen sama sate komo..kangen sama semua makanannya hehe

  3. Waaaaa, boro2 jalan2… slama dsini gw wajib bedrest bow… malah 2 minggu prtama dmarahin turun dr tmpt tidur… sbenernya banyak yg pgn gw jajalin ampe k resto d jln dipenogero sby… udh gatel ni mau keliling.

    ntar jg d gw cobain tu baso kedawung n sate komo, emg d mlg sbelah mana bu? … ntar qta tuker2an info yax…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *