Oleh: Tussie Ayu
(Bagian IV dari IV tulisan)
Kami sudah tiba di penghujung Charles Bridge yang terkenal. Lalu saya kembali membuka peta andalan. Sejak awal saya ditunjuk sebagai pembaca peta. Di rombongan ini, memang saya yang paling bisa membaca peta. Padahal kemampuan saya membaca peta masih kalah jauh dibandingkan tunangan saya.
Dari peta itu, terlihat bahwa kota tua tidak terlalu jauh dari Charles Bridge. Kami memutuskan untuk ke kawasan kota tua hanya dengan berjalan kaki, sambil menikmati keindahan arsitektur abad pertengahan.
Kawasan kota tua memang tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 30 menit berjalan kaki, kami sudah tiba di kawasan yang mencengangkan ini. Baru kali ini saya lihat dalam hidup, bangunan tua yang begitu banyak dan sungguh berkesan gothic. Ternyata yang saya lihat selama ini di sepanjang sudut Kota Praha belum seberapa tua dan indah dibandingkan bangunan-bangunan yang ada di Kawasan ini.
Saya ternganga memandang keindahannya. Seandainya rahang saya bisa jatuh, mungkin saat itu dia sudah terlepas dari engselnya. Bilal dan Van tak berhenti mengeluarkan bunyi-bunyian dari mulutnya seperti “ckckckckkck” atau “Wow” atau “Beautiful..amazing!”. Abhi mengatakan, “God, I love this city”. Sedangkan Rish dan Beatrice sudah sejak tadi tak henti-hentinya berfoto.
Saya tidak habis pikir, bagaimana mungkin mereka bisa membangun gedung dan menara-menara tinggi sejak abad ke-13. Tidak hanya megah, elemen-elemen detail di setiap bangunan dibuat sangat presisi. Ukiran-ukiran dan patung dibuat dengan sangat rinci.
Sela-sela bangunan itu menciptakan gang-gang sempit. Jika hari sudah malam, bisa dipastikan kawasan ini terlihat menyeramkan. Karena itulah selalu ada mitos dan cerita-cerita hantu di setiap kota tua.
Tapi untunglah saat ini musim panas. Musim panas di Eropa menyediakan sinar matahari yang panjang. Matahari mulai merekah sejak pukul 03.30 pagi dan terbenam pukul 21.30. Kami punya banyak cahaya matahari saat ini, kami punya waktu yang panjang untuk menjelajahi Praha.
Kemudian sampailah kami pada landmark kota tua di Praha, yaitu “astronomical clock”. Astronomical clock ini adalah jam atau penunjuk waktu pertama di dunia, diciptakan tahun 1490 dan masih berfungsi hingga saat ini.
Tidak seperti jam yang ada seperti saat ini, “astronomical clock” berukuran raksasa. Dia menempel pada sebuah menara tinggi, sehingga kita bisa melihatnya dari kejauhan. Angkanya ada 24, bukan 12 seperti jam pada saat ini. Selain itu, di jam ini ada jarum yang bergambar matahari dan bulan. Jarum yang bergambar matahari menunjuk pada arah matahari. Dan jarum berbentuk bulan menunjuk pada arah bulan.
Tak jauh dari astronomical clock, terdapat sebuah alun-alun. Kalian pernah melihat video clip lagu “Lucky” Jason Mraz dan Colbie Caillat? Ya! Video clip itu mengambil lokasi di alun-alun ini! I’m really lucky to be here! Saya dan teman-teman lalu melompat-lompat dan berteriak-teriak saking senangnya. Jangan pikir kami gila, karena kami tidak sendiri. Banyak bule backpacker yang juga melakukan hal seperti kami.
Kami merasa telah melakukan suatu keberhasilan karena sudah menginjakkan kaki di salah satu kota tercantik di bumi. Praha memang kota yang lebih indah daripada impian. Mengunjunginya adalah pengalaman berharga yang tidak cukup hanya satu kali!
***
Cerita terkait: