Oleh: Reza Reflusmen

Saya dan Tussie adalah penikmat makanan. Sudah berbagai macam restoran atau warung kami jelajahi bersama. Kalau ada informasi tentang tempat makan yang enak, pasti kami akan sambangi. Saya tahu beberapa tempat makan enak. Dia juga tahu lokasi-lokasi dengan makanan yang mengundang selera.

Waktu pacaran sering kami habiskan sambil menyantap bumbu-bumbu lezat, mencium aroma makanan yang yummy…., dan juga melihat mulut satu sama lain yang kadang berantakan dengan makanan. “Anak ayamnya ketinggalan tuh”, ujarku bila melihat ada satu butir nasi menempel di ujung bibir Tussie tanpa ia sadari. Kadang-kadang dia juga ketawa kalau saya makan dengan berantakan.

Itu kalau makan. Bagaimana kalau masak??

Saya suka masak. Seperti mama saya di rumah yang suka masak tanpa resep namun hanya sekedar mencampur bahan-bahan yang ada di kulkas menjadi santapan lezat, saya juga suka mencoba hal yang sama. Bagi saya, resep makanan adalah apa yang terbayang di dalam kepala. Apa bahan yang tersedia, itu yang masuk wajan. Tinggal bermain dengan bumbu bawang putih, garam dan gula, maka makanan siap tersaji (Tapi kalau saya masak jangan tanya rasa. Kadang enak, kadang juga hambar).

Tapi kalau tentang Tussie memasak, awalnya saya pikir pasti dia ngga bisa masak. Saya perhatikan, anak cewek zaman sekarang tidak secakap ibunya dalam urusan dapur. (Tapi ini tidak mengeneralisasi bahwa semua anak cewek begitu). Tussie kalau disuruh masak ngga pede. Dia bilang masakannya pasti ngga enak, padahal dia belum mencoba.

Tapi sebenarnya masakan Tussie enak juga. Asal mau mencoba, pasti bisa. Buatku rasa nomor dua, yang penting kalau mau masak ya coba dulu. Buktinya Tussie pernah membawakan saya mashed potato yang menurutku rasanya beda banget dengan makanan serupa yang pernah saya makan. Mashed potato a la Tussie punya rasa yang manis, sedikit asin. Aromanya cukup  nyaman. Buat seorang yang jarang masak, masakannya saat itu cukup enak.

Nah, setelah itu sepertinya Tussie makin pede buat memasak. Masakannya enak lho. Pernah beberapa kali dia memberikan hidangan special buat saya. Dan jujur saja masakannya enak. Ini penilaian obyektif. Saya memuji bukan karena dia pacar saya.

Memang masakannya bukan kualitas chef-chef di hotel berbintang, tapi buatku, rasa masakannya cukup enak dan saya menikmatinya. Hmmm….sllrruuupppp

Tussie Ayu

A freelance writer, a news correspondent, a Master of Communication student in Victoria University of Wellington.

Recommended Articles

1 Comment

  1. buat Reza,

    Semua orang di rumah Tussie emang pada pintar masak. Kalaupun Tussie berada di peringkat paling bawah, gak heran rasanya tetap enak.

    *ngeloyor bawa piring kosong, mau tamboh nasi goreng mbak Sri

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *